Today.

Today,
I lost my friend. Truly good friend.

10 Oktober 2017.
Kamu akan selalu dikenang, mak. Kamu baik (sangat baik), lucu, sabar, peduli, dan apa adanya. Tapi cara kepergianmu membuat hati kami terluka. Orang sebaik kamu, mengalami peristiwa naas yang membuat kami terus berucap 'Astaghfirullah'. Lalu membuat otak kami berpikir, mati memang siapa yang bisa tau. Sudah suratan takdir, gimanapun caranya. Gimanapun cara Allah memanggilnya.

Jujur mak, denger berita duka itu Aku ga percaya. Semuanya sungguh diluar dugaan. Maksudku, kamu baik-baik aja beberapa menit sebelumnya. Lalu setelah peristiwa itu, kamu udah terbujur kaku tanpa desiran nafas dengan luka yang tergores dikulitmu. Dan air mataku keluar gitu aja, mak. Sontak berita itu makin benar adanya, setelah kamu dilarikan ke RS. Identitasmu dikenali, dan beberapa orang mengatakan kalo itu memang kamu.

Telah terjadi kecelakaan di by pass tegal gubug dari arah cirebon. Nama kunengsih, umur 22 tahun. Maaaaaaakkk.. Rasanya kaya mimpi.

Malam ini, tidurmu bukan lagi kasur empuk dengan selimut hangat.
Mak, ga tega ngebayanginnya.

Semoga Allah luaskan kubur mu, hapuskan hisabmu, dan ringankan perjalananmu selanjutnya. Semoga amal-amalmu diterima dan derajatmu diangkat setinggi-tingginya.
Aamiinn...

~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~

Dan, Aku semakin takut kalo hal itu bisa aja terjadi sama semua orang. Termasuk aku. Hatiku berguncang hebat. Akhir-akhir ini Aku memang sering mikirin hal tentang kematian, terlebih udah tau gambaran kehidupan setelah kematian yang kalo dibayangin bikin merinding. Dan berpikir kalo 'andai aja gue immortal', dan inget pikiran hal itu cuma ada di dunia fiksi.

Aku tau, ada hal yang ga bisa kita otak-atik di dunia ini. Baik buruknya, kita cuma bisa jalanin. Kaya air mengalir, kemanapun arahnya selalu mengalir. Hidup pun begitu, kadang hal-hal buruk datang silih berganti. Tapi, serahin semuanya sama Allah. Manusia hanya bisa merencanakan, yang bisa memutuskan cuma Allah. Begitu juga dengan kematian. Rencana tahun depan nikah, tapi kalo udah dipanggilnya lebih cepat siapa yang bisa mengelak. Pasrah, hidup dan mati hanya Allah yang tau.

Seketika bulu kudukku merinding, memikirkan kematian yang bakal aku rasain entah itu kapan. Hal yang paling aku takutkan seumur hidupku. Setelah nya, kita hanya bisa berdoa dan terus berusaha jadi manusia yang baik di mata Allah. Berbekal amal, berakhlak baik, menyantuni orang tua, dll.

Sekarang, bukan lagi soal 'patah hati' yang aku pikirkan. Tapi, cara menjemput hidayah yang selalu larut dalam proses hijrahku. Terkadang kita perlu menangis untuk tau kalo masih ada cinta dan iman dihati kita. Untuk Allah. Untuk Tuhan yang udah kasih kita kehidupan, kenikmatan, kesehatan, kebahagiaan, keberkahan sampai detik ini. Maka, kita harus membalasnya.

Terimakasih ya Allah, atas segala yang telah Engkau berikan. Semoga kami semua bisa menjadi manusia yang lebih baik lagi ke depannya. Aamiin...

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Everything Happens For A Reason

About Me.

All Too Well ~