Curhat siang bolong~
Selang beberapa hari dari postingan terakhir, akhirnya terpikirkan buat nulis ini.
Mungkin buat orang-orang yang deket sama gue udah ngerti. Tapi mungkin yang belum kenal gue bakal nganggep gue sebelah mata, entah itu kaya gimana. Masalah kenapa gue paling males kalo jalan-jalan sama temen terus ada pihak yang bikin ga nyaman. Ya siapa lagi kalo bukan cowo.
Bukannya gue ga suka cowo, naudzubillah deh. Tapi, sejujurnya dari kecil jarang terpapar pertemanan dengan cowo. Iya, gue kuper parah. Selain udah dari remaja masuk dunia kesehatan, pergaulan gue sangat terbatas. Circle pertemanan gue ya stuck disitu-situ aja. Sampe gue agak asing kalo tiba-tiba ada yang nimbrung. Tapi sejujurnya, gue mulai membuka diri sama semua temen cewe sejak bangku sekolah menengah atas. Tapi, untuk temen cowo masih jadi kendala utama dalam pergaulan gue dari remaja. Ah, mungkin kalo sekarang beda lagi ceritanya.
Gue orang yang baperan parah dan gampang jatuh cinta saat itu. Saking minimnya pengalaman berteman sama cowo, gue jadi terlalu baper. Perasaan yang selalu gue pendam dalam-dalam sampai menunggu waktunya hilang. Selalu begitu.
Dari kecil, gue selalu ga percaya diri didepan cowo, siapapun itu. Entah kadang bapak atau kaka sendiri aja masih mikir mau ngomong apa. Lebih merasa nyaman ngomong empat mata sama sesama cewe, entah orang terdekat maupun yang baru kenal. Sampe gue gamau ngenal dan tau sifat cowo tuh kaya gimana. Karena gue selalu ngerasa ga ada yang istimewa dari diri gue. Intinya ada krisis percaya diri, terlebih gue introvert yang lebih seneng menyendiri. Karena bergaul sama cowo bikin gue ga nyaman untuk menjelaskan diri gue yang sebenarnya. Gue selalu merasa terintimisasi sama diri gue sendiri.
Pernah nyobain pacaran juga ga ada yang menarik. Maksudnya, diri gue memberontak untuk keluar dari zona asing. Zona aman gue ya gue ingin bebas sebebas-bebasnya saat itu dan berakhir saat menjelang masuk perkuliahan. Walau agak bertentangan sama hati, tapi ego tetep menang. Di bangku kuliah, gue mengerti. Gue bukan cuma menyandang status single bertahun-tahun, tapi gue berusaha menyelamatkan diri gue sendiri dari kutukan Allah pada remaja-remaja di era ini. Gue menjadi orang yang berprinsip, walau hati tetap mencinta. Tapi, gue jadikan itu sebagai pelajaran.
Sampai saat ini, gue masih memegang prinsip itu. See? Bagaimana gue bisa bertahan sebegitu lamanya memendam rasa pada seseorang, dan pada akhirnya rasa itu hilang. Untuk semua rasa dan nama yang pernah gue simpan dalam hati gue. Allah masih sayang gue, mungkin karena gue masih belum bisa jadi orang baik dimata manusia terlebih dimata Allah. Gue masih harus banyak belajar dari pengalaman gue selama 22 tahun ini. Bukan tentang cowo, bukan tentang cinta apalagi sempitnya pertemanan gue. Gue yakin ada yang lebih penting dari itu semua. Diri gue di hari ini sungguh memuakkan untuk diungkap, apalagi masa-masa yang sudah terjadi.
Selama ini, gue sangat membatasi bergaul dengan cowo ya karena gue sayang dengan diri gue sendiri. Gue ga takut dibilang kuper, punya temen sedikit atau apalah. Gue cuma menjaga jarak, hati dan pandangan. Banyak yang bilang, gaul sama cowo tuh lebih enak karena ga baperan dan lebih leluasa. Iya, itu pilihan mereka. Gue ga mandang itu salah. Karena gue juga sempat merasakan hal itu. Yang jadi hal penting sekarang adalah gue ingin menjaga circle pertemanan gue berjalan baik-baik saja. Terserah kalian menyalahkan pilihan gue atau bilang apalah. Yang jelas, gue hanya menjaga titipan Allah. Jangan bilang gue sok suci. Gue tau diri gue seperti apa, dan tau betul apa yang diri gue inginkan.
Untuk semua alasan dan tolakan ikut bergabung bersama kalian, mohon dimengerti. Karena setiap manusia punya pilihan hidup. Begitu pun gue, untuk memilih belajar jadi hamba Allah yang lebih baik lagi. Kelak hadiah-Nya pasti ga mengecewakan ko. Dan semoga gue tetap bisa menjaga prinsip dan kepercayaan yang Allah kasih, hingga penantian ini berakhir. Hingga diri ini pantas mengemban amanah baru :)
p.s ini konteknya jauh loh sama gue mengagumi beberapa public figure dengan alasan tertentu
Mungkin buat orang-orang yang deket sama gue udah ngerti. Tapi mungkin yang belum kenal gue bakal nganggep gue sebelah mata, entah itu kaya gimana. Masalah kenapa gue paling males kalo jalan-jalan sama temen terus ada pihak yang bikin ga nyaman. Ya siapa lagi kalo bukan cowo.
Bukannya gue ga suka cowo, naudzubillah deh. Tapi, sejujurnya dari kecil jarang terpapar pertemanan dengan cowo. Iya, gue kuper parah. Selain udah dari remaja masuk dunia kesehatan, pergaulan gue sangat terbatas. Circle pertemanan gue ya stuck disitu-situ aja. Sampe gue agak asing kalo tiba-tiba ada yang nimbrung. Tapi sejujurnya, gue mulai membuka diri sama semua temen cewe sejak bangku sekolah menengah atas. Tapi, untuk temen cowo masih jadi kendala utama dalam pergaulan gue dari remaja. Ah, mungkin kalo sekarang beda lagi ceritanya.
Gue orang yang baperan parah dan gampang jatuh cinta saat itu. Saking minimnya pengalaman berteman sama cowo, gue jadi terlalu baper. Perasaan yang selalu gue pendam dalam-dalam sampai menunggu waktunya hilang. Selalu begitu.
Dari kecil, gue selalu ga percaya diri didepan cowo, siapapun itu. Entah kadang bapak atau kaka sendiri aja masih mikir mau ngomong apa. Lebih merasa nyaman ngomong empat mata sama sesama cewe, entah orang terdekat maupun yang baru kenal. Sampe gue gamau ngenal dan tau sifat cowo tuh kaya gimana. Karena gue selalu ngerasa ga ada yang istimewa dari diri gue. Intinya ada krisis percaya diri, terlebih gue introvert yang lebih seneng menyendiri. Karena bergaul sama cowo bikin gue ga nyaman untuk menjelaskan diri gue yang sebenarnya. Gue selalu merasa terintimisasi sama diri gue sendiri.
Pernah nyobain pacaran juga ga ada yang menarik. Maksudnya, diri gue memberontak untuk keluar dari zona asing. Zona aman gue ya gue ingin bebas sebebas-bebasnya saat itu dan berakhir saat menjelang masuk perkuliahan. Walau agak bertentangan sama hati, tapi ego tetep menang. Di bangku kuliah, gue mengerti. Gue bukan cuma menyandang status single bertahun-tahun, tapi gue berusaha menyelamatkan diri gue sendiri dari kutukan Allah pada remaja-remaja di era ini. Gue menjadi orang yang berprinsip, walau hati tetap mencinta. Tapi, gue jadikan itu sebagai pelajaran.
Sampai saat ini, gue masih memegang prinsip itu. See? Bagaimana gue bisa bertahan sebegitu lamanya memendam rasa pada seseorang, dan pada akhirnya rasa itu hilang. Untuk semua rasa dan nama yang pernah gue simpan dalam hati gue. Allah masih sayang gue, mungkin karena gue masih belum bisa jadi orang baik dimata manusia terlebih dimata Allah. Gue masih harus banyak belajar dari pengalaman gue selama 22 tahun ini. Bukan tentang cowo, bukan tentang cinta apalagi sempitnya pertemanan gue. Gue yakin ada yang lebih penting dari itu semua. Diri gue di hari ini sungguh memuakkan untuk diungkap, apalagi masa-masa yang sudah terjadi.
Selama ini, gue sangat membatasi bergaul dengan cowo ya karena gue sayang dengan diri gue sendiri. Gue ga takut dibilang kuper, punya temen sedikit atau apalah. Gue cuma menjaga jarak, hati dan pandangan. Banyak yang bilang, gaul sama cowo tuh lebih enak karena ga baperan dan lebih leluasa. Iya, itu pilihan mereka. Gue ga mandang itu salah. Karena gue juga sempat merasakan hal itu. Yang jadi hal penting sekarang adalah gue ingin menjaga circle pertemanan gue berjalan baik-baik saja. Terserah kalian menyalahkan pilihan gue atau bilang apalah. Yang jelas, gue hanya menjaga titipan Allah. Jangan bilang gue sok suci. Gue tau diri gue seperti apa, dan tau betul apa yang diri gue inginkan.
Untuk semua alasan dan tolakan ikut bergabung bersama kalian, mohon dimengerti. Karena setiap manusia punya pilihan hidup. Begitu pun gue, untuk memilih belajar jadi hamba Allah yang lebih baik lagi. Kelak hadiah-Nya pasti ga mengecewakan ko. Dan semoga gue tetap bisa menjaga prinsip dan kepercayaan yang Allah kasih, hingga penantian ini berakhir. Hingga diri ini pantas mengemban amanah baru :)
p.s ini konteknya jauh loh sama gue mengagumi beberapa public figure dengan alasan tertentu
Komentar
Posting Komentar