Best version of me?

Makin besar, gue makin paham hubungan sesama manusia itu kaya gimana. Bahkan gue juga selalu belajar dari pengalaman untuk benar-benar memahami diri gue sendiri. Apa yang gue butuhkan dan gimana cara gue dalam menyikapi masalah demi masalah. Jujur aja, gue belum sedewasa itu. Tapi setidaknya gue selalu belajar hal-hal positif yang bisa gue ambil dari setiap peristiwa yang terjadi di hidup gue.

Yah sampai saat ini, walau hidup gue ga selalu berjalan dengan mulus tapi dengan kegagalan yang gue rasakan itu yang bikin gue paham dengan diri gue sendiri. Yang selalu buat gue terus belajar sabar dan ga pantang menyerah. Semua hal itu juga lantas engga buat gue benci dengan orang-orang sekitar maupun lingkungan gue sendiri. Gue belajar banyak tentang beragam karakter manusia, bagaimana gue menyesuaikan diri dengan lingkungan baru dan sebagainya. Belajar buat menghargai pilihan-pilihan hidup mereka juga.

Gue dibesarkan bukan dari keluarga yang berada, keluarga kami sederhana. Mempunyai saudara/i sepersusuan pun bisa dikatakan lumayan banyak, jadi ga heran fokus orangtua pun terbagi-bagi. Mungkin bisa dikatakan dari kecil diantara kami, gue yang paling kekurangan kasih sayang. Maka dari itu, gue termasuk anak yang mandiri dibanding lainnya. Tapi hal itu kadang gue syukuri sih karena gue sangat menikmati masa remaja gue dengan semestinya hehe ga perlu takut dikekang seperti yang adik-adik gue rasain sekarang. Makanya sampai sekarang pun, gue diberi kebebasan buat kerja dimana pun. Mereka ga khawatir gue jauh dari keluarga, karena itu gue justru lebih suka hidup diperantauan.

Kadang terbersit sih, gue tuh sebenernya jahat engga kalo pengennya jauh dari orang tua. Iya gue tau, orang tua gue masih sehat wara-wiri sendiri. Tapi kok rasanya berlama-lama dirumah buat gue jenuh. Gue tau kalo orangtua gue dulu ngedidik gue kaya gimana, gue juga tau mereka ngedidik adik gue sekarang kaya gimana. Tapi anehnya, kita ngerasain hal yang sama. Makin bertambahnya umur gue jadi bisa menilai didikan orang tua gue kaya gimana.

Gue sangat bersyukur, gue udah diajarin ilmu keagamaan sedari dini dan itu juga yang membentuk diri gue dimasa sekarang. Tapi banyak hal yang gue koreksi dari cara mendidik mereka yang ga akan gue ikuti buat anak gue nantinya. Maka dari itu, gue masih terus belajar walau gue juga belum tau masa depan gue seperti apa. Bahkan gue juga masih belajar cara mengontrol emosi dan ego diri gue sendiri. Gue jadi inget kata-katanya Gita Savitri, privilege itu bukan hanya soal materi. Gue ga bisa memilih punya ibu bapak seperti apa, atau akan punya keluarga yang seperi apa. Maka dari itu, gue tetap mensyukuri apa yang Allah kasih buat gue. Tapi gue juga harus berjuang memperbaikinya, berjuang buat keluarga gue sendiri dimasa depan.

Karena masih banyak orang-orang yang lebih menderita dibanding gue sekarang ini. Tapi gue punya kesempatan baik untuk merubah polanya. Gue harap, gue ga akan mengecewakan orang-orang yang gue sayang.

Begitu pula ketika gue berhadapan dengan lingkup pertemanan atau pekerjaan, gue harap bisa memberikan hal-hal positif yang gue punya. Entah itu bakal berguna atau engga nya, gue hanya ingin menjadi manusia yang lebih bermanfaat buat orang lain.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Everything Happens For A Reason

About Me.

All Too Well ~